BINTANG HENING



Bintang Hening
Dalam lubang bahasa, semua yang diluar bumi, angkasa, semesta, seperti debu-debu keheningan yang melekat dalam dirinya. Aku, kita, seperti bisa melihat keheningan itu. Selalu bersama gumpalan-gumpalan awan putih, biru, kelabu dan hitam yang menyimpan air. Perubahan terus menerus seperti cara waktu bernafas. Dan pagi. Dan siang. Dan sore. Keheningan yang ada adalah malam bersama bintang-bintangnya. Kumpulan debu, gas dan es yang memadat. Peta musim dan arah perjalanan. Lintasan-lintasan cahaya, kalung langit yang melingkari planet-planetnya. Jarak antara aku, kita Dan benda-benda di langit itu, seperti lubang bahasa yang tak terukur. Kesepian dan kebisuan bahasa untuk melukisnya kembali. Keheningan yang membalut diriku, diri kita, antara tempat kita berada dengan jarak diluarnya adalah fakta saat-saat kita tidak bisa memisahkan diri kita sebagai bagian dari debu-debu keheningan itu.


Kerja koreografi Bintang Hening
Bagaimanakah tubuh mendekati jarak: yang pendek, sangat pendek. Yang jauh, sangat jauh. Dan membuat berat: yang ringan, yang berat, yang kecil sangat kecil, yang besar sangat besar. Membuat yang cair, mengalir, yang padat, membuat gelombang, yang lambat, yang cepat.  Bagaimanakah tubuh mendekati suara, bunyi yang berjalan: berbisik, yang kecil, yang keras dan sangat keras. Bagaimanakah tubuh membuat perjalanan cahaya. Semua yang seakan-akan telah menyediakan kegagalannya sendiri, dan sebaliknya semua yang terbuka pada kemungkinan yang mengherankan bisa terjadi pada tubuh.
Tubuh penari mimiliki teknik dari belajarnya, pengalaman pentas, dan tubuh sehari-harinya untuk pekerjaan rutin. Teknik yang tidak bisa dihapus karena telah tertulis pada tubuhnya. Ia adalah kekayaan. Tetapi ketika teknik telah mentertibkan keheranan tubuh atas pertemuan-pertemuan di sekitarnya, teknik itu ikut membutakan naluri-nalurinya sendiri. Dalam keheranan itu, tubuh adalah bintang hening yang membuat orbit-orbit imajinasi, membakar dirinya untuk terjadinya enerji, untuk ada yang harus hidup. Menahan sendiri luka-lukanya sebagai sebab akibat dari jarak dan perbedaan. Ketika bintang hening itu meledak, apakah dirinya sendiri yang meledak, atau orbit-orbitnya juga akan ikut meledak.

Fitri Setyaningsih 


No comments:

Post a Comment