Kutipan cerpen Primo Levi:
Bintang Hening
Pada suatu ketika, di suatu tempat di alam
semesta yang sangat jauh, tinggallah sebuah bintang tenang. Bergerak penuh
ketenangan di keluasan langit, dikelilingi segerombolan planet-planet yang
tenang-tempat tak ada sesuatu pun yang bisa diberitakan. Bintang ini sangat
besar dan sangat panas.
Bintang hening ini ukurannya sepuluh kali
matahari kita, dan matahari berkali-kali lipat besar dan beratnya dengan bumi
kita. Ukurannya begitu membanjiri dimensi kita sendiri dan kita hanya bisa
merepresentasikannya dengan usaha penuh kekerasan atas imajinasi kita. Kita
kemudian berusaha mengukurnya dengan membuat dongeng-dongeng yang membangkitkan
gema-gema, refleksi-refkeksi berjarak tentang diri kita dan sesuatu diluar ras
manusia.
Adalah hal biasa di antara bintang-bintang untuk
membakar hidrogen yang membentuk dirinya, dengan murah hati memberi energi
kepada kehampaan, hingga mereka tereduksi pada suatu ketipisan yang bermartabat
dan mengakhiri karier mereka seperti benda kecil putih yang paling sederhana.
Namun bintang hening ini, setelah bermilyar-milyar tahun sejak kelahirannya,
dan teman-temannya mulai punah, tidak terpuaskan dengan kepadatannya dan
menjadi gelisah. Ia bergerak kian kemari, tidak secara teratur. Hingga ia makin
mengecil membentuk sebuah noktah.
Kita masih tidak tau banyak dengan kematian
perlahan-lahan dan kebangkitan kembali bintang-bintang: kita tau bahwa sesuatu
meledak dalam mekanisme atomik Dan kemudian sebuah bintang meledak. Panas yang
tak tertahankan. Horor instrisiknya terjadi dalam bentuk yang
"sangat" cair, diperlambat oleh perjalanan panjang melalui bidang
cahaya. Lautan dan es dari planet yang tak lagi hening itu kemudian mendidih,
batu-batunya meleleh, gunung-gunungnya runtuh ke dalam lembah dalam bentuk
lava. Kemudian seluruh planet tereduksi hingga menguap. Hancur bersama-sama
dengan seluruh karya-karya lembut dan halus yang menggabungkan tenaga,
kesempatan dan kebutuhan; melalui percobaan-percobaan dan kesalahan yang tak
terhitung.
(Dikutip dan diedit kembali dari cerpen: Bintang
Hening, karya Primo Levi, harian Suara Merdeka. Semarang 23 november 2008.
Primo Levi adalah seorang penulis sekaligus ahli kimia italia keturunan Yahudi.
Ia menjadi korban penyiksaan rezim Nazi Jerman. Terjemahan ke dalam bahasa
indonesia oleh Dwi Cipta).
No comments:
Post a Comment